Aku dulu menulis karena aku butuh menulis. Karena itu membahagiakan. Menyegarkan. Karena sebuah tulisan bisa membuatku merinding, tersadar, tertawa, atau terdiam datar. Itu dulu. Tetapi orang berubah, kawan. Menulis bisa menjadi sangat sulit. Sesulit tertawa lepas gembira saat sedang sariawan. Sesulit tertawa polos saat sedang mengingat rasanya ditusuk dari belakang.
Entah ini kenapa. Semuanya berbeda. Mungkin karena pada suatu tahap, aku menjadi lebih sosial. Lebih banyak bertegur sapa dengan orang. Lebih banyak mengobol lepas tanpa tujuan yang jelas. Dan disaat yang sama, kehilangan waktu untuk sendiri. Dan kehilangan waktu untuk sendiri selalu mendorong kita menjadi kurang original.
Saat ini, aku rindu kegilaan itu. Ingin rasanya menjadi orang “autis”, orang yang punya dunianya sendiri. Aku rindu untuk punya nilai-nilai yang sedikit berbeda dengan orang-orang lain. Aku ingin lagi menikmati rasanya berbeda, unik, apapunlah itu kata orang. Semoga, ini bukan kesadaran tentang fakta lain yang ternyata jauh lebih berbahaya. Bahwa aku, di suatu titik, sudah menjadi ini:
Most people are other people. Their thoughts are someone else’s opinions, their lives a mimicry, their passions a quotation.
Irish dramatist, novelist, & poet (1854 – 1900)
Aku rindu diriku yang dulu. Yang berkelana bebas dari satu pemikiran ke pemikiran lain, dan disaat yang sama menjadi budak dari sebuah ide besar yang kukagumi setengah mati. Aku rindu akan harga yang harus dibayar untuk sebagai konsekuensi dari pilihan-pilihan besar yang diambil.
Ahhh… aku kenal kegelisahan ini. Kegelisahan yang sama yang kurasakan dulu. Entah kemana ini akan bergerak. Atau kemana ini akan mendesak.
i understand the feeling^^. ah ya, masukin juga dong link wordpress gw Ney, ardhyana.wordpress.com visit please^^